Aktivis Lubuklinggau Soroti Keterlambatan dan Ketimpangan Dana Porprov XV Muba: “Atlet Berjuang, Tapi Siapa yang Peduli.

Ulasanrakyat.Com – Lubuklinggau.  Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Sumatera Selatan ke-XV yang digelar di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) pada 18–31 Oktober 2025, ternyata tidak sepenuhnya berjalan dengan semangat sportivitas dan kebanggaan daerah. Di balik semarak pesta olahraga dua tahunan ini, muncul keluhan dari sejumlah atlet dan pelatih asal Kota Lubuklinggau terkait masalah kesejahteraan, fasilitas penginapan, serta minimnya dukungan yang membuat mereka pesimis menembus target juara tiga besar.

Suara kritis ini langsung mendapat sorotan tajam dari Feri Isrop, S.H., seorang Paralegal dan Aktivis Penggiat Kontrol Sosial asal Kota Lubuklinggau, yang menilai lemahnya perhatian dan manajemen KONI Lubuklinggau telah mencederai semangat juang para atlet.

Dalam wawancara eksklusif, Feri menyayangkan sikap pimpinan KONI Lubuklinggau yang dinilainya tidak peka terhadap kondisi di lapangan.

“Ini perlu jadi catatan serius bagi para pemangku kebijakan. Coba tolong dikroscek, berapa standar biaya penginapan atau tempat layak huni bagi atlet kita di Muba,” ujarnya dengan nada kecewa.

Feri mengungkapkan adanya ketimpangan anggaran yang memberatkan kontingen. “Dana yang dikucurkan per-cabor hanya Rp 3.200.000, sementara biaya penginapan yang harus dibayar mencapai Rp 8.000.000. Jadi, siapa yang akan menanggung kekurangan Rp 4.800.000 itu?” tegasnya.

Menurutnya, hal ini menjadi bukti bahwa manajemen dan perencanaan KONI Lubuklinggau tidak berpihak pada atlet dan pelatih yang telah berjuang membawa nama daerah.

“Mereka bukan sekadar peserta, mereka adalah aset daerah yang berkorban waktu, tenaga, dan pikiran demi nama baik kota ini,” tambahnya.

Sejumlah atlet yang enggan disebut namanya pun mengaku kecewa dengan kondisi tersebut. Beberapa di antara mereka menyebut bahwa fasilitas penginapan tidak layak dan jauh dari standar kenyamanan atlet yang sedang berlaga di level provinsi.

Kondisi ini bukan hanya berdampak pada kenyamanan, tapi juga menurunkan motivasi bertanding.

“Kami ingin fokus di lapangan, tapi sulit kalau urusan makan dan tempat tidur pun harus mikir sendiri,” ujar salah satu atlet cabang bela diri dengan nada lirih.

Ketidakpastian dukungan ini membuat banyak pihak pesimis Lubuklinggau mampu mempertahankan posisi tiga besar, seperti yang menjadi target awal.

Feri menilai bahwa kondisi ini mencerminkan lemahnya transparansi penggunaan anggaran olahraga di daerah.

“Publik berhak tahu kemana arah anggaran pembinaan olahraga digunakan. Kalau memang ada dana terbatas, harusnya disampaikan secara terbuka, bukan diam-diam dan akhirnya atlet yang jadi korban,” ujarnya Feri. Sabtu (18/10/2025).

Ia juga mendesak agar DPRD dan Pemerintah Kota Lubuklinggau ikut turun tangan melakukan evaluasi total terhadap kinerja KONI.

“Olahraga adalah kebanggaan daerah. Jangan sampai prestasi dikorbankan karena mismanajemen dan minimnya empati pejabat KONI,” tandasnya.

Meski diwarnai kekecewaan, Feri tetap berharap semangat para atlet tidak luntur. Ia mengajak seluruh masyarakat Lubuklinggau untuk tetap memberi dukungan moral.

“Kalau sistemnya belum berpihak, minimal kita sebagai warga harus tetap memberi semangat. Karena mereka berjuang bukan hanya untuk medali, tapi untuk marwah daerah,” pungkasnya.

Kritik keras terhadap minimnya perhatian dan transparansi anggaran KONI Lubuklinggau dalam Porprov XV Sumsel di Muba, yang berpotensi mematikan semangat atlet dan mencoreng marwah olahraga daerah.

(Red/An)

Exit mobile version