Ulasanrakyat.Com – Musi Rawas, Selasa 14 Oktober 2025, Siang itu, matahari belum condong ke barat ketika suara gemuruh air sungai Muara Beliti terdengar dari kejauhan. Di tepi sungai, belasan pria dengan tubuh legam oleh terik dan keringat bersiap-siap menyelam. Mereka bukan petugas berseragam, bukan pula tim penyelamat resmi. Namun, semangat dan keberanian mereka melebihi segalanya.
Mereka dikenal sebagai Tim Penyelam Senyap Lubuk Ngin Baru, relawan tangguh dari Kecamatan Selangit yang datang dengan satu tujuan: menemukan ananda Kevin, bocah yang dikabarkan jatuh dari jembatan Muara Beliti.
Sejak pukul 12.00 WIB hingga 16.00 WIB, mereka berulang kali turun ke dasar sungai. Arus deras, kedalaman air, dan lumpur pekat tak membuat mereka mundur. Di setiap gelembung yang naik ke permukaan, tersimpan harapan dan doa agar pencarian kali ini membawa kabar baik. Namun, sore semakin tua, air mulai jernih, dan hasil tetap nihil.
“Sudah kami upayakan semampu kami, air sudah tenang, tapi belum ada tanda-tanda,” tutur Abdul Muluk, salah satu anggota tim, dengan napas tersengal dan mata menerawang ke permukaan air yang kembali tenang.
Empat jam perjuangan bukan waktu yang singkat. Tubuh mereka menggigil, tapi semangat tak padam. Namun, alam kadang berkata lain. Sore itu, dengan berat hati, Tim Penyelam Senyap memutuskan untuk undur diri dari pencarian sementara.
Sebelum meninggalkan lokasi, suasana di tepi sungai berubah hening. Para penyelam yang selama ini dikenal tangguh, satu per satu menghampiri keluarga korban. Di tengah linangan air mata dan rasa haru, mereka menyerahkan bantuan sukarela sebuah bentuk empati dari hati yang tulus.
“Bantuan ini jangan dilihat dari nilainya, tapi dari kebersamaan kami. Kami hanya ingin sedikit meringankan beban keluarga,” ujar Abdul Muluk lirih, sembari menunduk.
Ayah Kevin menerima bantuan itu dengan tangan gemetar. Air matanya menetes, namun dari bibirnya terucap doa yang membuat suasana kian mengharukan.
“Terima kasih, Semoga Allah membalas kebaikan kalian. Semoga anak kami segera ditemukan,” katanya dengan suara serak.
Di sekeliling mereka, warga yang menyaksikan pun terdiam. Beberapa terlihat menitikkan air mata. Pemandangan itu bukan sekadar momen pencarian, tapi kisah kemanusiaan yang menembus batas.
Tak ada sorotan kamera, tak ada gemuruh tepuk tangan. Hanya desiran angin, suara aliran sungai, dan langkah kaki para penyelam yang perlahan menjauh, meninggalkan jejak harapan di tepian air.
Tim Senyap bukanlah nama kosong. Mereka adalah wajah-wajah sederhana dari Lubuk Ngin Baru yang membawa pesan besar bahwa kepedulian tak selalu lahir dari kemampuan, tapi dari keikhlasan hati.
Meski hari itu belum ada hasil, semangat mereka menyalakan api harapan baru. Dalam doa yang terucap lirih, mereka percaya: setiap usaha yang tulus akan berbuah keajaiban.
Dan di bawah langit Muara Beliti yang mulai temaram, kisah perjuangan mereka menjadi saksi: bahwa di tengah duka, masih ada orang-orang yang berani menantang arus, demi kemanusiaan dan cinta sesama.
(Red/An)




















