Ulasanrakyat.Com – Lahat, Sumsel. Ambruknya jembatan di Desa Muara Lawai, Kecamatan Merapi Timur, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan (Sumsel) menyulut kemarahan publik. Peristiwa ini tidak lagi dianggap sebagai kecelakaan biasa, tetapi sebagai lambang kegagalan sistemik dalam pengawasan aktivitas tambang batubara yang kian tak terkendali.
Jembatan yang menjadi akses utama warga kini roboh karena kerap dilintasi kendaraan angkutan batubara dengan tonase melebihi kapasitas. Warga menilai ini adalah puncak dari akumulasi penderitaan akibat eksploitasi sumber daya tanpa memperhatikan keselamatan publik.
“Kami tidak anti pembangunan, kami tidak anti investasi. Tapi kami menolak keras pembangunan yang mengorbankan keselamatan, kenyamanan, dan hak dasar masyarakat,” tegas Oktaria Saputra, S.E., M.Si., Wasekjen PB HMI dan pendiri HMI Cabang Lahat saat pulang kampung, Senin (30/6/2025).
Jauh dari sekadar kejadian teknis, insiden ini memperjelas bagaimana jalur angkutan batubara yang tak kunjung dialihkan ke jalur khusus telah membawa dampak buruk bagi masyarakat. Tak hanya infrastruktur yang rusak, tetapi juga kualitas hidup yang terus menurun akibat debu, polusi, dan kebisingan.
Tuntutan rakyat.
1. Perbaikan segera jembatan Muara Lawai dan pemulihan aktivitas warga.
2. Tanggung jawab penuh pemerintah dan perusahaan tambang, baik secara moral maupun material.
3. Realisasi jalur khusus angkutan batubara, segera dan tanpa kompromi.
4. Penegakan hukum terhadap pelanggaran tonase dan perusakan fasilitas umum.
5. Pelibatan masyarakat dalam pengawasan tambang dan perumusan kebijakan lingkungan.
Masyarakat Lahat menyampaikan ultimatum. Jika tak ada tindakan konkret dari pemerintah dan pihak perusahaan, maka gelombang aksi rakyat akan digerakkan. Aksi damai, advokasi hukum, hingga mobilisasi publik berskala besar siap dilakukan demi keadilan dan keselamatan rakyat.
“Jangan tunggu ada korban jiwa. Rakyat Lahat butuh keadilan sekarang. Bukan nanti.”sampaikan
(Red/An)