banner 728x250

Tim Senyap Lubuk Ngin Baru Rela Menyelam Tanpa Alat Demi Kemanusiaan: Kami Tak Harapkan Imbalan, Hanya Ingin Korban Ditemukan

banner 120x600
banner 468x60

Ulasanrakyat.Com – Musi Rawas. Suasana sore di tepian Sungai Air Beliti, Kecamatan Muara Beliti, berubah haru ketika puluhan pria dari Desa Lubuk Ngin Baru, Kecamatan Selangit, tiba dengan wajah penuh tekad. Mereka bukan petugas resmi penyelamat, bukan pula relawan dari lembaga besar. Mereka menyebut diri sebagai Tim Senyap Lubuk Ngin Baru, kelompok sukarelawan penyelam desa yang telah berkali-kali terjun ke sungai tanpa pamrih semata-mata karena panggilan hati kemanusiaan.

Hari ini, Minggu (12/10/2025), mereka datang dengan satu tujuan: membantu mencari korban yang jatuh dari jembatan di Kelurahan Air Beliti, Kecamatan Muara Beliti. Korban sudah tujuh hari belum ditemukan, dan air sungai yang keruh membuat pencarian semakin sulit.

banner 325x300

“Kami datang bukan untuk mencari pujian. Kami hanya ingin membantu. Kami menyelam pakai alat seadanya, hanya bermodalkan kacamata tombak. Tidak ada harapan imbalan, ini murni panggilan hati,” ujar Abdul Muluk, salah satu anggota Tim Senyap, dengan suara lirih namun penuh keyakinan saat diwawancarai di lokasi pencarian.

Dari Dusun I hingga Dusun IV, seluruh warga Desa Lubuk Ngin Baru bersatu. Sebanyak 45 orang penyelam turun ke air secara bergantian sejak siang hari hingga petang. Mereka menjelajahi setiap aliran sungai mulai dari titik jatuhnya korban hingga ke hilir berharap menemukan tanda-tanda keberadaan korban.

Namun hingga pukul 18.00 WIB, hasilnya masih nihil. Air sungai yang sangat keruh dan deras menjadi tantangan besar.

“Airnya sangat gelap, jarak pandang hanya sejengkal. Tapi kami tidak menyerah. Kalau nanti air mulai jernih, kami akan turun lagi. Kami siap bantu sampai korban ditemukan,” tegas Abdul Muluk.

Tim Senyap bukanlah kelompok baru. Mereka dikenal di wilayah kecamatan Selangit kabupaten Musi Rawas sebagai tim yang selalu hadir dalam setiap musibah air, baik orang hanyut maupun tenggelam. Tanpa sponsor, tanpa peralatan canggih, hanya dengan naluri, pengalaman, dan keberanian.

Mereka menyelam dengan teknik tradisional tanpa tabung oksigen, tanpa perahu motor modern hanya mengandalkan daya tahan tubuh dan doa. Semangat mereka membuat banyak warga sekitar menitikkan air mata.

“Luar biasa mereka ini. Datang dari jauh, tanpa disuruh, hanya karena rasa kemanusiaan. Semoga Allah balas kebaikan mereka,” ungkap seorang warga Air Beliti yang ikut menyaksikan proses pencarian.

Sementara matahari perlahan tenggelam di balik pepohonan, beberapa anggota tim masih terlihat menyelam, berusaha keras meski suhu air makin dingin. Di tepi sungai, keluarga korban hanya bisa menatap dengan doa dan harapan.

Suara gemericik air bercampur dengan seruan sesekali dari penyelam yang muncul ke permukaan. Tidak ada hasil yang menggembirakan sore itu, tapi keberanian dan ketulusan mereka menjadi kisah yang menggugah hati siapa pun yang menyaksikannya.

Abdul Muluk dan rekan-rekannya kembali menatap air sungai dengan tekad yang sama: mereka akan datang lagi apabila air sudah jerni, hingga korban berhasil ditemukan.

“Kami hanya ingin melihat keluarga korban bisa tenang. Kami akan terus bantu sampai akhir,” tutupnya penuh haru.

(Red/An)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *