banner 728x250

Air Mata Nafiah di Kantor DPRD, “Kalau Suami Tak Bisa Kerja, Kami Tak Bisa Makan, Pak.”

banner 120x600
banner 468x60

Ulasnrakyat.Com – Musi Rawas. Suara isak dan harap terdengar lirih di ruang rapat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Musi Rawas. Nafiah (39) tahun, seorang ibu rumah tangga dari Kecamatan Muara Kelingi, berdiri di hadapan para pejabat dengan mata berkaca-kaca. Di hadapannya duduk para wakil rakyat, perwakilan OPD, camat, kepala desa, serta pihak keamanan Danramil dan Polsek Kecamatan Muara Kelingi, Kabupaten Musi Rawas.

banner 325x300

Hari itu, Rabu (30/04/2025), bukan hanya menjadi forum mediasi antara masyarakat Desa SP5 Karya Teladan dan perusahaan PT MBL/PT Agro Grup. Lebih dari itu, hari itu adalah panggung curahan hati rakyat kecil yang terhimpit oleh dampak kebijakan perusahaan.

“Pak, kalau suami kami tak bisa kerja, kami tak bisa makan. Kami ke sini bukan buat ribut. Kami cuma minta keadilan,” kata Nafiah penuh haru, mewakili jeritan kaum ibu yang terdampak akibat pemortalan dan pemutusan akses jalan oleh perusahaan beberapa hari lalu.

Masyarakat mengeluhkan bahwa pemutusan akses jalan membuat para petani tak bisa mengangkut hasil sawit. Akibatnya, penghasilan mereka terhenti. “90% penghasilan kami dari kebun, Pak. Kalau sawit nggak bisa keluar, uang nggak masuk. Suami kami tak kerja, kami tak bisa masak. Kami tak hidup dari daun, Pak.” lanjut Nafiah dengan suara yang gemetar menahan tangis.

Dalam pertemuan itu, Ketua dan Anggota DPRD Musi Rawas hadir, bersama perwakilan OPD terkait, Camat Muara Kelingi, sejumlah kepala desa, TNI, Polri, Masyarakat dan awak media. Forum ini diharapkan menjadi jalan tengah yang mampu mengurai konflik antara masyarakat dan perusahaan.

Masyarakat menuntut agar mediasi ini menghasilkan keputusan yang adil dan berpihak pada rakyat kecil. “Tolong pakai hati nurani. Jangan biarkan kami terus menderita karena ketidakjelasan ini,” pinta Nafiah, yang disambut anggukan prihatin dari peserta forum.

Kini, masyarakat Kecamatan Muara Kelingi menanti, apakah suara tangis seorang ibu cukup kuat untuk mengetuk hati pemangku kebijakan?

(Red/An)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *