Ulasanrakyat.Com — Lubuklinggau. Gedung Paripurna DPRD Kota Lubuklinggau, menjadi saksi sejarah perjalanan dua dekade lebih kota berjuluk Sebiduk Semare ini. Dalam suasana penuh khidmat dan kehangatan, Rapat Paripurna Istimewa memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-24 Kota Lubuklinggau berlangsung megah dan bermakna. Jum’at (17/10/2025),
Namun, di balik kemegahan seremoni, terdapat pesan kuat yang menggema dari podium utama: pembangunan harus berpihak kepada rakyat kecil, bukan hanya pada proyek besar dan infrastruktur megah.
Acara tersebut dihadiri langsung oleh Gubernur Sumatera Selatan H. Herman Deru, jajaran Forkopimda, anggota DPRD Kota Lubuklinggau, serta tokoh masyarakat dan pejabat lintas instansi.
Rapat paripurna kali ini tidak hanya menjadi ajang perayaan, tetapi juga momentum refleksi kepemimpinan dan arah pembangunan Lubuklinggau ke depan menuju kota yang lebih inklusif, sejahtera, dan humanis.
Dalam sambutannya, Wali Kota Lubuklinggau Yopi Karim tampil lugas dan berwibawa. Ia mengingatkan seluruh pihak agar pembangunan tidak hanya diukur dari fisik yang terlihat, melainkan dari seberapa jauh kebijakan pemerintah menyentuh hati dan kebutuhan rakyat kecil.
“Pemerintah Kota Lubuklinggau tetap berpihak pada rakyat kecil,” tegas Yopi disambut tepuk tangan panjang para tamu undangan.
Kata-kata Yopi bukan sekadar janji. Salah satu langkah nyata yang langsung mendapat sorotan positif adalah peningkatan insentif bagi 1.072 tenaga penggali kubur di seluruh wilayah kota.
Mereka kini mendapatkan tambahan Rp250.000 per orang per bulan, sebuah bentuk penghargaan terhadap profesi yang sering terlupakan, namun memiliki nilai kemanusiaan tinggi.
“Bagi kami, mereka adalah pejuang kemanusiaan. Di tengah hiruk pikuk pembangunan, mereka bekerja dalam diam, tapi jasanya besar bagi kehidupan sosial,” ungkap Yopi dengan nada penuh penghormatan.
Kebijakan ini mendapat apresiasi luas karena dinilai sebagai contoh nyata kepemimpinan yang berempati, di tengah situasi fiskal yang menuntut efisiensi anggaran. Langkah kecil ini menjadi besar karena menyentuh sisi kemanusiaan yang kerap diabaikan oleh kebijakan publik.
Selain kebijakan sosial, Yopi juga memaparkan capaian pembangunan infrastruktur melalui program unggulan “Linggau Terang Benderang”.
Program ini berhasil menjadikan penerangan kota sebagai simbol kemajuan dan harapan baru bagi masyarakat.
Dari total 12.500 titik lampu jalan, sebanyak 3.622 titik telah diganti dengan teknologi LED hemat energi dan 263 titik penerangan baru telah dipasang di berbagai kawasan strategis.
Pemkot juga menyiapkan 1.539 titik tambahan yang akan direalisasikan melalui Bantuan Keuangan Bersifat Khusus (BKPK) dari Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan.
“Melalui BKPK, kami juga memperluas konektivitas wilayah. Pembangunan dan pemeliharaan jalan sepanjang 20,8 kilometer serta jalan lingkungan 9,36 kilometer kami tuntaskan di tahun 2025,” papar Yopi.
Program ini menegaskan bahwa Lubuklinggau bukan hanya terang karena lampu, tetapi karena semangat dan partisipasi warganya yang menyala. Cahaya yang terpancar dari jalan-jalan kota menjadi simbol harapan baru bagi masyarakat yang ingin hidup lebih baik.
Dalam kesempatan yang sama, Yopi menyampaikan apresiasi mendalam kepada Gubernur Sumatera Selatan H. Herman Deru atas dukungan dan perhatian besar terhadap pembangunan Kota Lubuklinggau.
Selama tahun 2025, Pemkot menerima bantuan keuangan sebesar Rp225 miliar dari Pemerintah Provinsi Sumsel angka yang meningkat signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Namun, Yopi juga tak menutup mata terhadap tantangan ke depan. Ia mengingatkan potensi penurunan drastis anggaran tahun 2026 akibat pengetatan fiskal nasional.
“Walau ada pemotongan besar, kami percaya perhatian Bapak Gubernur terhadap Lubuklinggau tidak akan berkurang. Kami juga berharap dukungan terus mengalir dari pusat dan DPR RI, termasuk dari Kak Fauzi Amroh,” ujar Yopi yang kembali disambut tepuk tangan hangat.
Rapat Paripurna Istimewa ini menegaskan arah baru pembangunan Kota Lubuklinggau: pembangunan yang tidak hanya berorientasi pada fisik, tapi juga pada manusia.
Di tengah arus modernisasi, pesan yang disampaikan Yopi Karim menjadi oase moral: pembangunan sejati adalah yang menyentuh kehidupan rakyat paling bawah, bukan hanya memoles wajah kota.
Dari ruang paripurna hingga pelosok gang kecil, gema pesan itu terasa kuat bahwa Lubuklinggau akan terus tumbuh, bukan karena bangunannya yang tinggi, tapi karena hati pemimpinnya yang rendah.
(Red/An)